Source : http://catatan-harian-fathan.blogspot.com/2012/10/cara-membuat-ucapan-selamat-datang-di.html#ixzz2JcCVYoq6

Tahun Baru Hijriyah


MAKNA TAHUN BARU HIJRIYAH 

Seribu lima ratus tahun yang lalu Rosululloh Muhammad shollallohu’alaihi wa sallam, memutuskan hijrah dari Mekkah ke Madinah demi menyelamatkan islam yang belum banyak pemeluknya. Peristiwa tersebut menjadi awal penghitungan Tahun Baru Islam, Tahun Hijriah dan tanda mulai bersinarnya Islam. Saat ini kaum muslim tidak perlu berjalan jauh sejauh lebih kurang 500 kilo meter dari Mekah ke Madinah. Kini umat islam bisa beribadah dengan tenang dan khusyu'’berdakwah dengan leluasa serta memakmurkan Masjid tanpa gangguan. Namun sayang kenikmatan yang telah diberikan Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih kurang disyukuri, banyak saudara-saudara kita yang mengaku Islam tetapi malas beribadah, banyak saudara-saudara kita dalam mencari nafkah berpaling dari kehalalan, tidak sedikit yang merasa menjadi pengurus masjid enggan memakmurkan Rumah Allah, hingga masjid kurang bermanfaat bagi umat. Sedang yang muda-muda masih terlena dengan hiburan dunia, mereka tidak mau untuk berdakwah amar makruf nahi mungkar dengan berbagai alasan. Jadinya rata-rata umat di negeri ini kurang cerdas dan masih suka bertikai. Untuk itu semua solusi adalah hijrah HATI dan bukan hijrah FISIK saja. Hijrah dari hati yang sakit menjadi hati yang sehat, mengubah hati yang jelek menjadi hati yang baik. Dalam sebuah Hadits Rodululloh Shollallohu’alaihi wa sallam bersabda: “Ingatlah, bahwa di dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Apabila ia baik, maka baiklah seluruh tubuh itu dan apabila ia rusak, akan rusaklah seluruh tubuh. Segumpal daging itu adalah hati” (HR. Bukhari-Muslim).

Sedangkan menurut Imam Al Ghoazali, jika ditinjau dari hidup dan matinya hati manusia dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu hati yang sehat, hati yang sakit dan hati yang mati. hati yang sehat adalah hati yang bisa mengajak dan membawa pemiliknya datang menghadap Allah Yang Maha Esa dengan selamat di hari kiamat kelak. Hati yang sehat adalah hati yang selamat dari keinginan hawa nafsu yang menyalahi perintah-perintah Allah SWT, bila ia mencintai sesuatu ia akan mencintainya karena Allah SWT sedang bila ia membenci sesuatu, ia pun akan membencinya karena Allah SWT. Hati yang sakit, adalah hati yang mengandung penyakit orang-orang yang hatinya sakit sangat mudah diperdaya setan. Hati yang sakit mengandung dua unsur, ada rasa cinta kepada Allah SWT, iman, ikhlas, tawakal dan yang sejenisnya yang menjadikannya baik. Namun ada juga yang berselera dengan hawa nafsu, tamak meraih kesenangan mementingkan kehidupan dunia, dengki, takabur dan sifat-sifat buruk lain yang mencelakakan. Sedang hati yang mati, adalah hati yang tidak mengenal Tuhan, tidak mau menyembah dan tidak mau beribadah kepada-Nya. Hati orang-orang seperti ini selalu berjalan mengikuti hawa nafsu. Bila ia mencintai sesuatu ia cinta karena nafsu, sedang bila ia membenci ia membenci juga karena nafsu. Ia telah menjadi budak hawa nafsu, hawa nafsu menjadi tuannya serta mengendalikan dirinya, pola pikirannya hanya pada duniawi.

Setan telah membutakan matanya sera menulikan telinganya, sehingga tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah serta mana jalan ke surga atau jalan ke neraka.

Gambaran tentang siapa saja yang di dalam hatinya ada penyakitnya antara lain, pertama, orang-orang munafik yang ragu-ragu dalam beriman. Kedua, orang-orang yang membangkang, yang tidak mau menerima Alqur’an, bahkan sampai meninggal dalam keadaan kafir. Ketiga, orang-orang yang zalim. Keempat, orang-orang yang kasar hatinya dan suka permusuhan. Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala tidak akan mendatangkan sesuatu penyakit kecuali telah menyediakan obatnya. Setiap orang mempunyai penyakit hati harus berupaya untuk menyembuhkannya, supaya hatinya menjadi sehat.

Sedangkan syarat utama untuk menyehatkan hati adalah taat kepada Allah SWT, yang diimplementasikan dalam perilaku kehidupan sehari-hari, takwa sebagai bukti kepatuhan kepada Allah SWT yang secara langsung juga bermanfaat bagi kesehatan hati.

Menyehatkan hati dapat diwujudkan dalam beberapa tindakan: 1. Berzikir, mengingat Allah. Orang-orang beriman wajib banyak berzikir. Berzikir dapat dilakukan sambil berdiri, duduk maupun berbaring. Berzikir merupakan amalan yang disukai Allah SWT (HR. Imam Malik).Zikir adalah amalan yang paling mudah namun mempunyai manfaat yang sangat besar karena Allah SWT selalu mengingat orang-orang yang berzikir. Sedangkan dengan berzikir hati menjadi tenang. 2. Membaca Alqur’an, zikir yang paling baik adalah membaca Alqur’an, karena kitab suci ini menyembuhkan berbagai penyakit serta pemberi jalan terang dan kebaikan dunia maupun akhirat. 3. Sering istigfar, mohon ampun kepada Allah SWT atas segala dosa-dosa dan kesalahan yang dilakukan. Syaikh Abdul As Salam berkata, “Hendaklah engkau tidak meremehkan istigfar. Meremehkan istigfar berarti engkau meremehkan dosa. Perbanyaklah istigfar. Semoga diantara seratus istigfar yang engkau ucapkan, ada satu istigfar yang diterima oleh Allah SWT. 4. Rajin berdoa. “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan.” (QS. Al Mukmin:60). Orang yang mau berdoa berarti masih membutuhkan Allah SWT, berarti tidak sombong. Bukankah sombong termasuk tanda penyakit hati? 5. Berselawat kepada Rasululloh SAW dengan mentaati perintah Allah SWT untuk berselawat kepada rasululloh SAW dengan harapan yang indah agar besok di akhirat bisa dekat dengan beliau, orang yang berselawat menandakan hatinya sehat. 6. Salat Malam. Sesungguhnya salah yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam atau qiyamul lail” (HR Muslim). Ibadah ini memang agak berat dijalankan namun sangatlah bagus untuk menjaga ketaatan dan kekuatan iman. Orang-orang yang banyak dosa akan merasa sulit melaksanakannya. Imam Hasan Basri pernah berkata, “Seseorang yang berbuat dosa, berat baginya untuk salah malam.”

Saat ini tahun sudah berganti tahun 1433 H berganti ke tahun 1434 H. adalah saat yang tepat untuk melakukan perubahan, perubahan paradigma dan perubahan pola pikir serta perubahan sikap dan perilaku dengan melakukan perjalanan menuju kebaikan, untuk mengharap dan menggapai rida Ilahi dengan berhijrah hati. (ds)

 


Kalender Hijriyah atau Kalender Islam (bahasa Arab: التقويم الهجري; at-taqwim al-hijri), adalah kalender yang digunakan oleh umat Islam, termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya. Kalender ini dinamakan Kalender Hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M. Di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender Hijriyah juga digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari. Kalender Islam menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa (kalender Masehi) yang menggunakan peredaran Matahari.


Sejarah

Penentuan dimulainya sebuah hari/tanggal pada Kalender Hijriyah berbeda dengan pada Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari/tanggal dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem Kalender Hijriah, sebuah hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya Matahari di tempat tersebut.
Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari).Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.
Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada posisi bulan, bumi dan Matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan Matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari Matahari (aphelion). Dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 - 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari).
Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.
Penetapan kalender Hijriyah dilakukan pada jaman Khalifah Umar bin Khatab, yang menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah. Kalender Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29-30 hari. Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan firman Allah Subhana Wata'ala: ”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS : At Taubah(9):36). Sebelumnya, orang Arab pra-kerasulan Rasulullah Muhammad SAW telah menggunakan bulan-bulan dalam kalender hijriyah ini. Hanya saja mereka tidak menetapkan ini tahun berapa, tetapi tahun apa. Misalnya saja kita mengetahui bahwa kelahiran Rasulullah SAW adalah pada tahun gajah.Abu Musa Al-Asyári sebagai salah satu gubernur di zaman Khalifah Umar r.a. menulis surat kepada Amirul Mukminin yang isinya menanyakan surat-surat dari khalifah yang tidak ada tahunnya, hanya tanggal dan bulan saja, sehingga membingungkan. Khalifah Umar lalu mengumpulkan beberapa sahabat senior waktu itu. Mereka adalah Utsman bin Affan r.a., Ali bin Abi Thalib r.a., Abdurrahman bin Auf r.a., Sa’ad bin Abi Waqqas r.a., Zubair bin Awwam r.a., dan Thalhan bin Ubaidillah r.a. Mereka bermusyawarah mengenai kalender Islam. Ada yang mengusulkan berdasarkan milad Rasulullah saw. Ada juga yang mengusulkan berdasarkan pengangkatan Muhammad saw menjadi Rasul. Dan yang diterima adalah usul dari Ali bin Abi Thalib r.a. yaitu berdasarkan momentum hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Yatstrib (Madinah). Maka semuanya setuju dengan usulan Ali r.a. dan ditetapkan bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada masa hijrahnya Rasulullah saw. Sedangkan nama-nama bulan dalam kalender hijriyah ini diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku pada masa itu di wilayah Arab.